DHEAN.NEWS JAKARTA - Surabaya – 4 jenis produk pertanian asal Jawa Timur (Jatim) mencatat prestasi peningkatan ekspor di masa pandemi. Produk-produk ini diekspor melalui Pelabuhan Laut Tanjung Perak dan Bandar Udara Juanda sebagai pintu utama ekspor tidak hanya bagi Jawa Timur namun juga bagi sebagian wilayah timur tanah air yang belum memiliki fasilitas ekspor langsung.
Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Surabaya mencatat adanya peningkatan permohonan fasilitasi ekspor yang cukup signifikan. Khususnya komoditas sub sektor perkebunan seperti kopi dan minyak sawit, produk hortikultura dan tanaman pangan lainnya dengan total 9.358 kali. Dibanding periode Januari hingga Maret 2019 yang hanya membukukan 6.325 kali, maka terjadi peningkatan sebesar 47,95%.
“Ekspor merupakan motor penggerak ekonomi, kita tidak boleh berhenti. Dengan keterbatasan gerak untuk kewaspadaan penyebaran Covid-19, kita harus kerahkan segala upaya dari hulu hingga hilir agar ekspor tetap berlangsung,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/4).
Menurut Jamil, hal ini sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) yang berharap seluruh jajarannya dan para pemangku kepentingan di bidang pertanian untuk terus bekerja, selain soal ketersediaan pasokan pangan di dalam negeri juga untuk ekspor. Setiap hari warga dunia menunggu kopi, sawit, kelapa, sarang burung wallet (SBW) dan lainnya. Oleh karenanya selain petani, peternak, pekebun maka petugas karantina pertanian pun yang berada di garda terdepan tetap bertugas untuk memastikan lalu lintas produk pertanian baik didalam dan diluar negeri lancar, sehat dan aman.
Lebih lanjut Jamil menghimbau kepada seluruh pejabat Karantina Pertanian agar tetap siaga dalam melakukan pengawasan dan pengendalian keamanan dan mutu produk pertanian, pangan serta pakan. Sekaligus juga melakukan tugasnya dalam memfasilitasi percepatan ekspor produk pertanian. “Dalam kondisi pandemi, kesehatan dan keselamatan bekerja bagi petugas diawasi ketat oleh masing-masing pimpinan di unit kerjanya,” tambah Jamil.
Ekspor Tertinggi
Musyaffak Fauzi, Kepala Karantina Pertanian Surabaya juga menjelaskan ada 4 (empat) komoditas pertanian asal Jatim yang melesat tajam di pada periode Januari – Maret 2020. Masing-masing adalah minyak sawit dengan total volume sebanyak 230,8 ribu ton setara nilai ekonomi Rp. 2,7 triliun. 76 negara sekaligus menjadi pasar ekspor komoditas unggulan ini, mulai dari Singapura, MIkronesia, Sinegal, Yunani hingga Rusia.
Sementara untuk komoditas kopi, laris di 36 negara masing-masing Malaysia, Armenia, Spanyol, Swiss, Qatar dan lain-lain. Dengan total pengiriman 16 ribu ton senilai Rp. 1,2 triliun.
Untuk ekspor asal hewan, meskipun ada penurunan permohon sertifikasi kesehatan hewan atau health certificate (HC) sebagai persyaratan ekspor negara tujuan sebesar 20,04%. Dimana di tahun 2019 sebanyak 1.926 kali permohonan ekspor di triwulan pertama, tahun ini hanya berhasil membukukan 1.540 permohonan. Namun ada 2 produk sub sektor peternakan yang berhasil melapak di pasar ekspor dengan angka tertinggi, yakni SBW dan susu dan produk olahanya, jelas Mussyafak.
Selain Cina, 14 negara lain seperti Australia, Makao, Arab dan lainnya juga membeli SBW asal Jatim. Dengan total 63,8 ton yang setara dengan Rp. 1,3 triliun berhasil diraup para pelaku usaha wallet ini. Sementara untuk susu dan olahannya tercatat sebanyak 1,2 ribu ton dengan nilai Rp. 19,3 milyar yang berhasil masuk ke 9 negara tujuan ekspor.
Saat ini, Barantan terus lakukan perbaikan sistem perkarantinaan, antara lain berupa sinkronisasi dan pertukaran data sertifikasi antar otoritas karantina negara mitra dagang dengan tujuan agar akseptabilitas produk pertanian yang diekspor meningkat, digitalisasi layanan dan meningkatan sarana, prasarana dan SDM perkarantinaan.
“Karpet merah bagi pelaku usaha, khususnya eksportir siap kami berikan. Hal ini menjadi penting, selain untuk meningkatkan kesejahteraan petani selaku produsen dengan nilai tambah yang didapat, juga untuk menambah devisa kita,” tutup Jamil.
Narasumber :
1. Ali Jamil, Ph.D – Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian
2. Dr. Mussyafak Fauzi – Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya
Komentar