DHEAN.NEWS JAKARTA - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto mengatakan pemerintah mencoba menegosiasi pembayaran kerja sama pengembangan pesawat tempur KFX/IFX dengan skema imbal beli.
“Kita sedang menyesuaikan, misalnya pembayaran nanti untuk tahap-tahap berikutnya tidak harus dengan tunai, misalnya imbal beli,” jelas Wiranto usai rapat koordinasi khusus di kantor Kemenkopolhukam Jakarta, Kamis.
Wiranto mencontohkan salah satu skema yang ditawarkan yakni produksi alat-alat pertahanan Indonesia yang dapat dibeli oleh pihak Korea Selatan. Misalnya pesawat CN-235 yang saat ini sudah dipakai Korea Selatan.
Wiranto berharap upaya negosiasi yang sedang dijalankan tetap mengedepankan nilai-nilai persahabatan. Namun kata dia, tetapi jangan sampai Indonesia yang juga ingin menghemat APBN sampai terdesak untuk mengucurkan dana-dana yang cukup besar.
“Ini dinegosiasikan, yang penting kita maksimal untuk berusaha,” ujar Wiranto.
Sebelum pelaksaan Rakorsus, Wiranto mengatakan hal itu menjadi tugasnya untuk melakukan negosiasi dengan pihak Korea Selatan, yang mana program itu sudah disepakati oleh kedua presiden dalam pertemuan tahun lalu.
Wiranto mengatakan pihak Indonesia menunjuk dirinya sebagai koordinator dan Menteri Pertahanan Korea Selatan sebagai ketua tim dari negara mereka.
Wiranto menyampaikan di satu sisi Indonesia ingin mengurangi pembagian dalam program itu, tetapi tidak ingin juga mengangu persahabatan kedua negara antara Indonesia dan Korea Selatan yang sudah lama dan berlangsung baik.
Tetapi di sisi lain, Indonesia juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk alih teknologi. Hal itu kata Wiranto sesuai dengan orientasi Presiden Jokowi untuk lima tahun ke depan meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Hingga akhir tahun 2018, proses pengembangan pesawat tempur generasi 4,5 yang merupakan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan, KFX/IFX, sejak 2011 sudah mencapai 20 persen.
Pesawat-pesawat tempur ini ditargetkan baru bisa diproduksi massal pada 2026 usai uji coba dan sertifikasi.
Sementara jumlah pesawat yang akan diproduksi mencapai 168, dengan rincian Korea Selatan akan memiliki 120 pesawat terbang dan Indonesia 48 unit.
Komentar