DHEAN.NEWS PAPUA BARAT - Lazimnya masyarakat kota melepas penat cukup dengan berkeliling pusat perbelanjaan, nongkrong di cafe atau sekedar menonton bioskop. Namun jika ingin pelepas penat berbeda dengan suasana alami pedesaan nan sejuk, cobalah pergi ke Tambrauw, Papua Barat.
Niscaya pengobat penat yang tersebar merata di alamnya sangatlah ampuh bahkan untuk membuat orang jatuh hati ingin kembali dan kembali lagi.
Seperti kala senja itu, sebuah petualangan sederhana untuk mencari pengobat penat di alam Tambrauw pun dimulai.
Jejak pertama diawali ketika matahari sudah mulai tergelincir turun, roda mobil berhenti di depan Mess Kebar, Distrik Kebar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Udara sore yang terbilang masih terik langsung menyambut.
Sore itu, mencoba singgah di Air Terjun Anenderat, Air Panas War Aremi, dan Bukit Sontiri adalah sesuatu yang sayang sekali untuk dilewatkan. Ketiganya terletak di distrik berbeda. Air Terjun Anenderat terletak di Distrik Miyah, sedangkan Air Panas War Aremi dan Bukit Sontiri terletak di Distrik Kebar.
Untuk mencapai lokasi Bukit Sontiri dan Air Panas War Aremi, diperlukan perjalanan kurang dari 30 menit dari Mess Kebar, tempat penginapan milik Pemda setempat.
Waktu terbaik mengunjungi Bukit Sontiri adalah pagi hari. Di sinilah pengunjung bisa merasakan keindahan alam ciptaan Tuhan yang begitu indah. Hamparan rumputnya yang hijau selalu dihiasi jaring laba-laba setiap paginya, sehingga ada kelir putih nan cantik di atasnya. Setelah itu, pemandangan pagi pun terlihat dari teriknya matahari yang perlahan muncul dari balik bukit.
Masyarakat modern memanggilnya dengan nama Bukit Teletubbies karena tampilannya yang mirip dengan barisan bukit hijau yang menjadi tempat tinggal para teletubbies tersebut.
Tepat berhadapan dengan Bukit Sontiri, terdapat Pegunungan Tamrau yang merupakan landmark Tambrauw. Barisan bukit berhektar-hektar tersebut membentang bagai permadani hijau, belum lagi kilau cahaya yang menyerupai emas, seakan menambah keindahan bukit.
Istimewanya, Bukit Sontiri cantik pada saat waktu emas atau "golden time", yakni pagi dan sore hari. Pada saat mentari hendak tenggelam itu, Bukit Sontiri banyak dikunjungi warga sekitar untuk menghabiskan waktu menunggu matahari tenggelam. Di sana, anak-anak dapat bermain, berlari, bahkan sekadar duduk sambil menunggu ternak mereka merumput.
Perjalanan selanjutnya adalah mencari oasis alam berupa Air Panas War Aremi. Namanya memang masih terdengar asing di telinga. Meski demikian, lokasi ini tetap menantang untuk dijelajahi. Sama seperti lokasi lain, perjalanan ke lokasi air panas tersebut tidaklah mudah.
Air Panas War Aremi adalah sebuah kolam yang ditopang oleh batu alami yang tampak seperti sungai biasa. Dari dekat, bisa dilihat airnya berembun. Airnya terasa hangat. Kolam alami tersebut tidak terlalu dalam, hanya sebatas lutut orang dewasa. Wisatawan bisa menikmati air panas dengan merendam sebagian atau seluruh tubuhnya di sana.
Di bagian tengah kolam, terdapat beberapa kumpulan batu yag memunculkan buih-buih di tengahnya, dugaan warga sekitar, buih inilah yang menjadi pusat air panas. Energi panas yang dihasilkan ini bersumber dari geotermal di sekitarnya.
Semua warga di sana yakin kolam air panas ini adalah berkat. Sebab, kolam berada jauh dari lokasi keramaian dan bisa berfungsi sebagai lokasi pelepas penat. Dari sana, ketenangan pun tercipta dengan sempurna, bisa dinikmati bersama suara hembusan angin yang sejuk.
Untuk dapat mencapai Bukit Sontiri dan Air Panas War Aremi, wisatawan perlu melewati jalanan berbatu dengan kelokan tajam yang tidak mudah ditempuh. Diperlukan keahlian dan kelihaian dalam mengemudikan kendaraan "double cabin" di sana. Jarak tempuh dari Manokwari ke Distrik Kebar yakni sekitar 5 jam sedangkan jaraknya dengan Distrik Sausapor sekitar 4 jam.
Tarian Kafuk Nan Magis
Menempuh perjalanan darat mengendarai mobil "double cabin" selama satu jam ke Distrik Miyah dari Distrik Kebar, terdapat suguhan lain yang tidak kalah memesona adalah Air Terjun Anenderat.
Begitu datang, rombongan pengunjung akan disambut oleh Tarian Kafuk, yakni tarian penyambutan yang biasa dilakukan warga lokal untuk menyambut tamu. Belasan warga setempat dari berbagai usia mengenakan aksesoris serupa melakukan tarian adat ini.
Tarian ini merupakan ucapan selamat datang yang ditujukan kepada tamu dengan penuh suka cita. Para penari perempuan mengayunkan tangan seperti mengajak bermain. Selanjutnya para penari akan meregangkan barisan dan menempatkan para tamu kehormatan di antara mereka. Lantas, mereka akan menari demikian keliling kampung.
Sampai di tengah kampung, formasi tarian akan berubah ketika seorang pria yang adalah kepala suku muncul. Instruksi yang diberikan pria itu jelas, yakni mengubah formasi menjadi melingkar dengan posisi para tamu tetap berada di tengah penari. Mereka mengucap "Siau tayunu foo", di antaranya terselip nama para tamu.
Setelah itu, para tamu dan masyarakat kembali berbaur menyusuri jalan bebatuan serta menyeberangi sungai berarus deras. Kali ini tujuannya adalah Air Terjun Anenderat, yakni air terjun alami yang memiliki beberapa undakan bebatuan dengan tinggi mencapai 200 meter.
Ada suasana tenang dan damai yang ditawarkan di sana. Suara limpahan air mengalun bersama kicauan burung cenderawasih yang melintas di tengah hutan. Memejamkan mata dan melepas lelah disini tampaknya menjadi pilihan baik. Jika tidak, duduk sambil memandangi air terjun atau sekadar berfoto mengabadikan keindahan air terjun pun juga cukup membuat hati senang.
Untuk menuju ke Distrik Kebar, wisatawan harus menempuh 4-5 jam perjalanan dari Sorong. Sementara untuk menginap di Mess Kebar, biayanya Rp500.000 permalam perkamar dengan tambahan biaya makan Rp50.000 sekali makan, perorang.
Bagi yang punya kocek lebih, dapat mencapai Kebar menggunakan Susi Air (Manokwari-Kebar) dengan jadwal penerbangan Sabtu, 09.35-10.05 harga tiket Rp223.600. Bagi wisatawan yang ingin memesan tiket dapat menghubungi official ticketing Susi Air Sorong : +62 811 2123 934.
Komentar