DHEAN.NEWS BANYUWANGI – Pilihan Kabupaten Banyuwangi menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan sangat tepat. Sebab, perekonomian kabupaten di Jawa Timur ini makin melesat. Pertumbuhannya berada di level 5,6%.
Pertumbuhan tersebut unggul dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 0,53% dan unggul 0,15% dari Jawa Timur.
“Rapor pariwisata Banyuwangi saat ini sangat positif. Dan ini buah kerja bersama dari semua elemen di Banyuwangi. Dalam beberapa tahun terakhir, kami sangat fokus mendorong sektor pariwisata. Hasil positif yang didapat pun sangat luar biasa,” kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Minggu (21/10).
Semakin kuatnya sektor pariwisata, membuat Banyuwangi benar-benar berubah. Pengangguran terbuka adalah contohnya. Jumlah pengangguran terbuka turun 50%. Tingkat pengangguran berada di angka 3,07%. Padahal, direntang 2010-an, angka pengangguran terbuka masih ada di angka 6%. Bagaimana kemiskinan? Problem ini ada di angka 8,64%, padahal 8 tahun lalu 20,09%.
“Kami benar-benar mendapatkan manfaat dari ini semua. Ada banyak problem yang teratasi. Apa yang kami usahakan ini bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat. Kami serius membangun pariwisata ini, sebab potensi jangka panjangnya akan semakin bagus,” ujar Anas.
Catatan positif pun terus berlanjut. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi naik 115,4%. Angka riilnya saat ini ada di Rp69,9 Triliun. Kenaikan juga dialami pendapatan perkapitanya. Angkanya ada Rp43,65 Juta pada 2018, padahal 2010 masih Rp20,8 Juta. Perkapita ini naik 109%. “Dari pariwisata ini bisa menarik sektor lain untuk maju. Sebab, kuncinya tetap pergerakan wiatawan,” tegasnya lagi.
Menjadi pemicu pertumbuhan perekonomian, pergerakan wisatawan milik Banyuwangi tinggi. Jumlah arus masuk wisman tumbuh 691% dan ada di level 98.970 orang. Padahal, pada 2010 angkanya hanya 12.500 orang. Untuk arus wisnus tumbuh 10.639% atau 4,83 Juta orang di 2018. Jalur udara pun tumbuh 4.144% dan berada di angka 332.550 orang. Padahal, 2010 angka penumpang berada di 7.835 orang.
Tingginya angka kunjungan wisatawan tentu menjadi berkah. Sebab, para wisatawan ini mengeluarkan uangnya untuk menikmati berbagai fasilitas di Banyuwangi. Rata-rata wisman memiliki kemampuan spending hingga Rp2,7 Juta per trip. Sedangkan Wisnus rata-rata spendingnya sekitar Rp1,543 Juta. Spending para wisatawan ini pun menghadirkan perputaran sekitar Rp7,7 Triliun per tahun.
“Perputaran uang di Banyuwangi saat ini sangat menjanjikan. Lagi-lagi yang menikmati hasil secara langsung adalah masyarakat. Banyuwangi ini bisa digunakan model bagaimana membangun pariwisata yang ideal. Mereka berhasil mengatasi berbagai problem yang muncul sebelumnya,” terang Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementrian Pariwisata RI Ni Wayan Giri Adnyani.
Tumbuh dengan postur besar, pariwisata sudah menjadi penyumbang terbesar PDRB dalam tiga tahun terakhir. Rata-rata pariwisata memberikan kontribusi sebesar 10,3%.
Pada 2016, kontribusi pariwisata terhadap PDRB sebesar 9,5% dari Rp66,3 Triliun. Angka fantastis sebesar 11,07% dari Rp60,18 Triliun pun dibukukan pada 2015. Prosentasi ini jadi donatur terbesar pariwisata dalam 6 tahun terakhir.
“Kalau pariwisata maju, otomatis semua akan mengikuti. Porsi sumbangsihnya terhadap daerah juga akan positif,” ujar Giri Adnyani.
PAD sebesar Rp37 Miliar menjadi target The Sun Rise of Java pada 2018. Angka ini naik Rp15 Miliar dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp22 Miliar. Optimisme ini tidak lepas dari potensi 89 hotel, 9 hotel bintang (3 dan 4), 485 homestay, dan 750 rumah makan. Banyuwangi ini juga memiliki 58 destinasi wisata plus 68 travel agent.
“Target jelas dimiliki Banyuwangi setiap tahunnya. Sebab, semuanya sangat mendukung. Apa yang telah mereka usahakan kini memberikan feedback sangat bagus,” tutupnya. (*)
Komentar