DHEAN.NEWS LOMBOK - Pasca gempa pada 5 Agustus 2018 lalu, masyarakat Lombok mulai bangkit. Pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan digiatkan Kemenpar melalui program Sustainable Tourism Observatory (STO) di daerah Lombok Barat dengan menekankan pada harmonisasi alam, budaya dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Masyarakat Lombok Barat, khususnya yang berada di tiga desa, yaitu Sesaot, Pakuan dan Buwun Sejati atau disebut juga Sekawan Sejati semangat menjalankan pariwisata di daerahnya. Meski setelah gempa sempat mengalami penurunan kunjungan sebesar 30%, namun kini mereka optimistis bisa pulih seperti sediakala.
Keyakinan masyarakat tersebut disampaikan dalam kunjungan Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel ke tiga desa Sekawan Sejati yang merupakan lokasi penerapan program Sustainable Tourism Observatory (STO) yang sudah dijalankan Kemenpar bekerjasama dengan Universitas Mataram.
“Masyarakat merasa program STO sangat bermanfaat karena pendampingan dan pelatihan yang diberikan menambah pengetahuan dan pengalaman menjalankan usaha pariwisata khususnya saat masa sulit seperti sekarang,” ujar Valerina.
Masyarakat desa yang sebelumnya banyak tidak memiliki pekerjaan tetap telah mendapatkan pelatihan, antara lain dalam hal pengelolaan destinasi, pembuatan paket wisata dan pengolahan sampah. Ketiga desa masing-masing memiliki potensi wisata yang menarik, mulai dari kesenian, budaya, kerajinan tangan batok kelapa, dan keindahan alam yang berpusat di Gunung Rinjani.
“Di lokasi ini, wisatawan dapat menginap di rumah pohon, menanam padi di sawah, serta tracking ke tiga air terjun, yaitu tibu bunter, batu santek dan jaran kurus. Saat gempa, dua rumah pohon rubuh. Sisanya retak-retak dan perlu diperbaiki,” jelas Ketua Pokdarwis STO Sekawan Sejati Azudin Noor.
Terdapat 72 anggota Pokdarwis aktif mengelola lokasi wisata secara bersama. Mereka berharap kedepan tetap dilakukan pendampingan khususnya dalam bidang promosi digital dan event organizer.
Program STO merupakan salah satu program pembangunan pariwisata berkelanjutan Kemenpar. Program ini diadopsi dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO). Hingga kini tercatat 22 STO di dunia, 5 diantaranya di Indonesia. Selain Sesaot, STO berlokasi di Pangandaran bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), Sleman bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Sanur bekerjasama dengan Universitas Udayana dan Panguluran bekerjasama dengan Universitas Sumatera Utara (USU).
Komentar