DHEAN.NEWS MALANG - Kedewasaan dalam berdemokrasi rakyat Indonesia sudah teruji oleh sejarah dan waktu. Sejak mengalami transisi demokrasi dari rezim otoritarian pada tahun 1998, dan berproses ke dalam tahap konsolidasi, sekarang ini kematangan berdemokrasi sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Hal tersebut dikatakan Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kepala Staf Kepresidenan Eko Sulistyo di hadapan lebih dari 300 mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), Kamis, 23 Agustus 2018, di Gedung Sasana Budaya, Malang.
“Kematangan tersebut ditunjukkan dalam proses pilkada serentak pada tahun ini, di mana digelar 171 pemilihan kepala daerah, baik dari tingkat gubernur hingga bupati dan walikota. Nyaris tidak ada gangguan yang berarti dalam proses tersebut, dan masyarakat semakin cerdas dalam berpolitik,” ujar mantan Ketua KPU Surakarta tersebut.
Eko menegaskan bahwa pemilu pada hakikatnya adalah pesta demokrasi. “Pada momen itulah rakyat memiliki kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya, memilih pemimpin terbaik. Oleh karena ini merupakan pesta demokrasi, maka yang seharusnya terasa di tengah-tengah masyarakat adalah kegembiraan, kejujuran, kompetisi yang sehat. Di situlah kedaulatan rakyat dimaknai,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa agenda politik di tahun 2019 tidak akan menimbulkan gejolak yang dapat mengganggu bangunan sistem sosial di tengah masyarakat. “Untuk pertama kali kita akan memilih anggota legislatif dan presiden dalam waktu yang bersamaan. Nantinya, setiap warga negara yang telah memiliki hak politiknya akan mencoblos lima kartu suara yang berbeda, yakni memilih anggota DPRD tingkat II, DPRD tingkat I, DPR, DPD, dan presiden,” ujar Eko.
Ditanya salah seorang mahasiswa tentang program pembangunan Presiden Jokowi di mana infrastruktur dibangun begitu masif sementara program revolusi mental belum kelihatan bentuknya, Eko menjelaskan bahwa pembangunan infrastruktur adalah instrumen atau alat untuk mewujudkan peradaban baru, konektivitas baru, kebudayaan baru. “Infrastruktur itu mengubah cara pandang masyarakat, membuka keterisolasian, dan membangun kebiasaan-kebiasaan baru dalam masyarakat,” ujar Eko.
Ia juga mengajak para mahasiswa juga tidak mudah terpancing dan emosi dengan berita-berita bohong, berita palsu, informasi menyesatkan. Menjawab pertanyaan bagaimana caranya mengetahui informasi-informasi yang tepat tentang program pembangunan yang dikerjakan pemerintah, Eko menjawab bahwa pemerintah telah menyediakan informasi dan data-data resmi yang dapat diakses oleh publik. Selain itu, partisipasi masyarakat untuk ikut memerangi penyebaran berita-berita bohong juga makin meningkat. Oleh karena itu, ia mengajak para mahasiswa untuk menggunakan akal sehat dan rasionalitasnya saat mengonsumsi informasi.
Eko optimis bahwa kedewasaan berpolitik masyarakat akan semakin baik dan meningkat, sehingga Indonesia dapat menunjukkan kepada bangsa-bangsa di dunia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia juga menjadi salah satu negara demokratis yang terbesar di dunia.
Komentar